Hukum Bercanda Tetapi Berbohong
Sempat menjadi trend kaum muda di zaman sekarang, bercanda tapi berbohong, yaitu trend “seberapa gregetnya kamu”. Bercanda dengan cara seperti ini umumnya dengan cara mengarang cerita yang umumnya tidak benar atau berbohong dalam candaan.
Bagaimana pun juga hukum asal berbohong itu tidak boleh dan masih banyak cara lainnya untuk bercanda yang diperkenankan oleh syariat.
Sebab, berbohong, bagaimanapun itu dianggap dan mungkin memang dirasakan memberikan keuntungan, pada hakikatnya sama sekali tidak ada keuntungan yang diperoleh. Di sisi lain, kebohongan mengantarkan pelakunya pada neraka, sebesar apapun harapannya untuk hidup bahagia.
Baca Juga: Tidak Boleh Menakut-nakuti Seorang Muslim Walau Bercanda
“Sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada perbuatan baik, dan perbuatan baik menunjukkan kepada surga dan sesungguhnya seseorang yang membiasakan jujur ia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan, sesungguhnya dusta menunjukkan kepada perbuatan dosa, dan perbuatan dosa menunjukkan kepada neraka, dan sesungguhnya seseorang yang biasa berdusta ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari Muslim).
Bercanda seperti ini dilarang oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda:
وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
“Celakalah orang yang berbicara kemudian dia berdusta agar suatu kaum tertawa karenanya. Kecelakaan untuknya. Kecelakaan untuknya.” [HR Abu Dawud no. 4990. Hasan]
Dalam hadits lainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjamin rumah di surga bagi mereka yang meninggalkan berkata dusta walaupun dalam hal bercanda. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
“Saya memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meningalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Saya memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meningalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaqnya.” [HR. Abu Dawud, no. 4800; shahih]
Bisa jadi seseorang menganggap bercanda, tetapi bagi orang lain itu bukanlah bercanda dan menyakiti hatinya. Perhatikan hadits berikut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَأْخُذَنَّ أَحَدُكُمْ مَتَاعَ أَخِيهِ لاَعِبًا وَلاَ جَادًّا
“Tidak boleh seorang dari kalian mengambil barang saudaranya, baik bercanda maupun serius.” [HR. Abu Dawud, shahih]
“Sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada perbuatan baik, dan perbuatan baik menunjukkan kepada surga dan sesungguhnya seseorang yang membiasakan jujur ia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan, sesungguhnya dusta menunjukkan kepada perbuatan dosa, dan perbuatan dosa menunjukkan kepada neraka, dan sesungguhnya seseorang yang biasa berdusta ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari Muslim).
لَوْلاَ يَنْهَاهُمُ الرَّبَّانِيُّونَ وَالأَحْبَارُ عَن قَوْلِهِمُ الإِثْمَ وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ لَبِئْسَ مَا كَانُواْ يَصْنَعُونَ
“Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu” (QS. Al-Maidah [5]: 63).
Perbuatan orang Kafir
Berbohong atau berdusta, sesungguhnya tidak akan dilakukan kecuali orang-orang yang kafir.
Sebagaimana Allah Ta’ala jabarkan dalam firman-Nya,
إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللّهِ وَأُوْلـئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ
“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta” (QS. An-Nahl [16]: 105).
Bercanda dengan berbohong juga termasuk membuang-buang waktu kita yang sangat berharga. Lebih baik kita gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat dan semoga Allah memudahkan kita.
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ
“Di antara (tanda) kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya’.” [HR. at-Tirmidzi, hasan]
إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا
“Sesungguhnya kejujuran itu mengantarkan pada kebaikan dan kebaikan itu mengantarkan pada surga. Sungguh, seseorang senantiasa jujur hingga dicatat di sisi Allah sebagai seorang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu mengantarkan pada kejahatan dan kejahatan mengantarkan pada neraka. Sungguh, seseorang senantiasa berdusta hingga dicatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta. ” (HR. Bukhari no. 5629 dan Muslim no. 4719 Maktabah Syamilah)
Bohong yang Diremehkan
Seringkali, manusia mudah lalai, sehingga tidak jarang terjerembab pada praktik kebohongan, yang sangat mungkin kebanyakan orang tidak menyadarinya.
Pertama, memanggil anak kecil untuk dikasih sesuatu padahal ia tidak punya yang dijanjikan tersbut. Hal ini didasarkan pada hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amir Radhiyallahu ‘Anhu.
“Rasulullah Shallallahu alayhi wasallam pernah datang ke rumah kami yang saat itu aku masih kecil. Lalu aku ingin keluar untuk bermain. Lalu ibuku memanggilku, “Hai kemarilah aku kasih kamu. Kemudian, Rasulullah bertanya, “Apakah sebenarnya kamu tidak ingin memberinya?”
Ibuku menjawab, “Aku akan kasih dia kurma.” Lalu Rasulullah bersabda, “Adapun jika kamu tidak memberinya apa-apa maka dicatat atasmu perbuatan dusta.” (HR. Abu Dawud).
Jika terhadap anak kecil saja, kebohongan tetap dinilai dusta, bagaimana jika janji itu kepada seluruh rakyat Indonesia?
Kedua, menyampaikan apapun yang didengar dari orang tanpa tabayyun. “Cukuplah seseorang dianggap berdusta kalau dia menyampaikan setiap yang ia dengar.” (HR. Muslim).
Ketiga, berbohong untuk melucu. “Celakalah orang yang berbicara, padahal ia berbohong untuk sekedar membuat orang-orang tertawa, celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Keempat, berbohong saat bercanda.
“Seorang hamba tidak beriman dengan sempurna, hingga ia meninggalkan berkata bohong saat bercanda dan meninggalkan debat walau ia benar.” (HR. Ahmad).
Oleh karena itu, mari mawas diri, jangan sampai tanpa sadar kita melakukan kebohongan, meskipun itu terhadap anak-anak. Sebab, Allah tidak melihat kepada siapa kita berbohong, tetapi kenapa kita masih juga tidak mau berhati-hati dan lebih suka berbohong!*
0 Response to "Hukum Bercanda Tetapi Berbohong"
Posting Komentar